KARANGASEM, Nusainsight.com – Desa Adat Jasri, Subagan, Karangasem, kembali menggelar tradisi Ter-teran atau Perang Api. Tradisi ini sebagai bagian dari perayaan Usaba Muu-Muu. Ritual unik ini berlangsung pada malam Pengrupukan, tepat sehari sebelum Hari Raya Nyepi, yakni pada 28 Maret 2025.
Berdasarkan keyakinan masyarakat, tradisi dua tahun sekali ini sebagai cara untuk mengusir Bhuta Kala, kekuatan negatif yang dapat mengganggu keseimbangan alam dan kehidupan masyarakat.
Dalam prosesi Ter-teran, warga desa berkumpul membawa obor dan prakpak (anyaman dari daun kelapa kering). Mereka saling melempar api dalam suasana penuh semangat, tetapi tetap dalam batas-batas keselamatan. Meskipun terlihat ekstrem, tradisi ini sudah menjadi warisan turun-temurun dan berjalan dengan penuh kesadaran akan nilai spiritual dan kebersamaan.
Selain sebagai bagian dari ritual penyucian, Ter-teran juga menjadi bagian dari prosesi penyambutan pratima atau benda sakral yang telah disucikan di Pantai Jasri. Setelah prosesi di pantai selesai, arak-arakan pratima akan kembali ke pura desa dengan iringan doa dan penghormatan. Masyarakat beranggapan momen ini sebagai puncak dari penyucian desa sebelum memasuki Tahun Baru Saka.
Tidak hanya berhenti pada malam Pengrupukan, pada 30 Maret 2025, warga Desa Jasri kembali menggelar Ter-teran di lokasi yang sama. Hal ini memberikan kesempatan bagi mereka yang belum sempat berpartisipasi atau ingin menyaksikan langsung keunikan tradisi ini. Kegiatan ini juga menarik minat wisatawan yang ingin merasakan langsung atmosfer sakral dan unik dari Perang Api di Jasri.
Sebagai salah satu warisan budaya Bali yang masih lestari, Ter-teran bukan sekadar atraksi, melainkan ritual yang sarat makna spiritual. Melalui tradisi ini, warga Desa Jasri terus menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam, dan kekuatan tak kasat mata yang memengaruhi keseimbangan kehidupan.(NI 01)