Apakah Sate Kambing Penyebab Hipertensi atau Hanya Mitos?

satay-8884597_1280
SATE KAMBING - Apakah benar sate kambing bisa menyebabkan hipertensi, atau ini hanya mitos yang viral? Simak penjelasan medis mengenai hubungan konsumsi sate kambing dengan tekanan darah tinggi, dan bagaimana cara menikmatinya secara aman.(pixabay/ignartonosbg)

DENPASAR, Nusainsight.com – Banyak orang masih berangapan sate kambing bisa berhubungan dengan hipertensi. Opini seperti ini memang tidak jarang muncul di media sosial.

Menurut dr. Erta P.W. SpJP, FIHA, seorang spesialis jantung dan pembuluh darah dalam unggahannya di TikTok. Masyarakat harus membedakan antara sate kambing yang bisa menyebabkan hipertensi dengan sate kambing yang bisa memperburuk kondisi hipertensi. Sebab, kedua hal ini sangat berbeda.

Sate kambing sebagai makanan tidak otomatis membuat seseorang langsung terkena hipertensi. Namun, komponen-komponen dalam sate kambing. Seperti, lemak jenuh, kolesterol, dan cara pengolahannya yang dibakar dengan tambahan garam dan kecap manis. Bahan ini bisa berkontribusi pada faktor risiko hipertensi jika konsumsi berlebihan dan rutin. Daging kambing sering mengaitkan dengan peningkatan tekanan darah. Namun, bukan karena kambing punya kutukan atau dendam pribadi dengan pembuluh darah kita.

Baca Juga  Kenapa Dokter Jantung Tak Pernah Menyarankan Merokok? Berikut Penjelasannya

Kambing, seperti hewan berkaki empat lainnya, mengandung lemak jenuh yang cukup tinggi. Lemak jenuh ini, jika masuk ke tubuh terlalu sering dan dalam jumlah besar, bisa memicu peningkatan kolesterol jahat (LDL). Bahkan, menyebabkan kekakuan pembuluh darah. Nah, pembuluh darah yang kaku inilah yang membuat tekanan darah mudah meningkat.

Jika Anda makan sate kambing sekali sebulan atau bahkan dua kali sebulan dalam porsi normal. Seperti 5-10 tusuk tanpa lemak berlebih dan tidak menambah dua piring nasi. Apalagi, tambahan es teh manis jumbo, kemungkinan besar itu aman. Apalagi jika Anda berolahraga secara teratur dan tidak memiliki riwayat hipertensi.

Beda cerita jika Anda makan sate kambing tiga kali seminggu dengan tambahan lemak, nasi. Namun, tidak berolahraga, dan kebetulan obesitas dengan tekanan darah 150/100 mmHg. Nah, di sinilah makanan mulai menjadi bagian dari masalah. Bahkan terkait dengan komentar yang mengatakan sate kambing tidak ada hubungannya dengan hipertensi.

Baca Juga  Tips Merawat Kendaraan Setelah Menerobos Banjir di Musim Hujan

Ini mungkin berasal dari pengalaman pribadi atau pengalaman sehari-hari yang tidak mewakili kondisi medis umum. Masalah dengan hipertensi sebagai “silent killer” karena seringkali tanpa gejala dan memerlukan pemeriksaan tekanan darah untuk mengetahui kondisinya. Jadi, seseorang bisa merasa baik-baik saja setelah makan sate kambing, tapi pembuluh darahnya sebenarnya sedang memanggil minta tolong.

Satu hal menarik ada juga studi di beberapa negara yang menunjukkan bahwa konsumsi daging merah. Termasuk, kambing, dalam jumlah tinggi dan frekuensi yang sering, berkorelasi positif dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk hipertensi. Jadi, bukan hanya kambingnya, tetapi pola makan secara keseluruhan yang umumnya tinggi lemak jenuh dan rendah serat adalah akar masalahnya.

Baca Juga  Tips Mencegah Penyebaran Virus HMPV

Makanan yang baik bukan musuh, tetapi perlu mengendalikan. Terkadang orang merasa bahwa ilmu medis itu seperti sok tahu atau ngarang. Padahal semua nasihat yang dokter katakan, biasanya berasal dari penelitian ilmiah yang oleh para ahli menjadi bahan pelajaran serius. Jadi, itu bukan berarti dokter ingin melarang orang makan makanan enak. Namunm hanya ingin membantu Anda tetap sehat dan panjang umur.(NI 01)

Facebook
X
Threads
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

admin-ajax-1.jpeg