BULELENG, Nusainsight.com – Buleleng kembali mempersembahkan kekayaan budayanya lewat sebuah tarian unik nan sarat makna spiritual, Rejang Mahadewi. Berbeda dari kebanyakan tari Bali yang terkenal dengan gerakan mata yang tajam, tarian ini justru tampil dengan mata terpejam. Bahkan, sejak awal hingga akhir pertunjukan.
Tampil perdana melalui Sekehe Gong Kebyar Wanita Sanggar Seni Jagratara, Rejang Mahadewi hadir sebagai persembahan penuh bakti kepada para dewa-dewi. Koreografi tarian ini adalah Bagus Kawiantara dengan iringan tabuh oleh I Kadek Rio Julyarta Putra. Bukan sekadar pertunjukan biasa, Rejang Mahadewi memancarkan pesan spiritual mendalam melalui gerak yang lembut dan penuh penghayatan.
Terinspirasi dari Tari Sang Hyang Kebyar yang sempat memukau di Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2021. Rejang Mahadewi menekankan pada ketulusan tanpa pamrih. Setiap penari menari dengan mata tertutup, melambangkan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Hal ini yang tidak membutuhkan pameran, melainkan cukup dengan hati yang tulus.
“Gerak tari ini lahir dari kontemplasi atas berkah yang terus mengalir dari alam dan Tuhan. Penari mata tertutup adalah simbol bahwa syukur tak butuh pamer, cukup tulus dan penuh bakti,” ujar I Kadek Rio Julyarta Putra.
Rio menambahkan, musik yang mengiringi tarian ini terancang untuk membangun suasana hening nan sakral dengan sentuhan gong semar pegulingan. “Kami ingin menghadirkan suasana hening yang justru menghidupkan kekuatan dari dalam. Musiknya pelan tapi menggugah,” tambahnya.
Penampilan Rejang Mahadewi menjadi salah satu sorotan dalam perayaan HUT Kota Singaraja. Tarian ini tidak hanya menuai kekaguman dari para penonton, tetapi juga menjadi pengingat pentingnya nilai-nilai spiritual dalam seni pertunjukan Bali.
Dengan kekuatan visual dan pesan mendalam yang dibawanya, Rejang Mahadewi menjadi simbol penghormatan terhadap kearifan lokal Buleleng, sekaligus memperkokoh pelestarian budaya Bali yang penuh makna luhur.(NI 01)