Penjor Galungan Simbol Manifestasi Istana Tuhan

489349776_1427387848601861_761719161584844967_n (1)
PENJOR - Penjor dalam perayaan Galungan bukan sekadar hiasan, tetapi simbol Gunung Agung sebagai istana Tuhan. Tradisi ini penuh makna spiritual dan mitologi suci bagi umat Hindu Bali.(NI 01)

DENPASAR, Nusainsight.com – Umat Hindu akan merayakan Hari Raya Suci Galungan pada Rabu (23/4/25). Salah satu penanda hari kemenangan dharma melawan adharma ini adalah penjor yang dipasang Umat Hindu di depan pintu rumah.

Dikutip dari Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo, penjor merupakan batang bambu melengkung lengkap dengan hiasan dengan daun kelapa muda dengan bentuk secara khusus. Sekilas wujudnya menyerupai umbul-umbul. Biasanya penjor dibuat setinggi 10 meter, yang menggambarkan sebuah gunung tertinggi. 

“Mungguing tetampen pengertian sang megama bali Hindu sepedaging penjore, Praya katur ring Hyang Betara ring Gunung Agung, anut Lontar Usana Bali, Gunung Agung linggih Hyang Bhatara Putra Jaya, Putran Betara Pasupati saking Gunung Semeru ring Jawi”.

Demikian penggalan peran penjor pada lontar Usana Bali, yang dikutip dalam Nilai Filosofi Penjor Galungan & Kuningan, I Made Nada Atmaja, dkk, Penerbit Paramita Surabaya (2008).

Baca Juga  Mengapa Hari Raya Kuningan Dilaksanakan Sebelum Pukul 12 Siang?

Umat Hindu Bali percayai bahwa Gunung Agung merupakan berstananya Hyang Bathara Putra Jaya beserta Dewa dan para leluhur. Jadi, gunung merupakan istana Tuhan dengan berbagai manifestasinya. Dan penjor menjadi perlambang syukur dan ucap terimakasih atas hasil bumi yang dianugerahkan-Nya. Dan, Gunung Agung sebagai pemberi kemakmuran itu. 

Tercatat di dalam lontar Jayakasunu, penjor melambangkan Gunung Agung. Selanjutnya, di lontar Basuki Stawa disebutkan bahwa gunung (giri) adalah naga raja, yang tidak lain adalah Naga Basuki.

Dalam mitologi, dasar Gunung Agung dikenal sebagai linggih Sang Hyang Naga Basuki. Dari kata Basuki inilah timbul nama Besakih. Naga Basuki, dalam Basuki Stawa, dilukiskan bahwa ekornya berada di puncak gunung dan kepalanya di laut, yang merupakan simbol bahwa gunung adalah waduk penyimpanan air yang kemudian menjadi sungai. Akhirnya, bermuara di laut.

Baca Juga  Banten Pasupati untuk Upacara Tumpek Landep

Maka, mitologi dari penjor yang dihias sedemikian rupa untuk upacara keagamaan atau adat Hindu Bali, merupakan simbol naga. Sanggah yang ditempatkan pada bambu penjor memakai pelepah kelapa adalah simbol leher dan kepala Naga Taksaka (ada kelapa yang digantungkan di atas sanggah penjor, tempat menaruh sesaji). 

Lalu, gembrong yang dibuat dari janur yang dihias melingkarkan di dekat kelapa, menggambarkan rambut naga. Sampian penjor dengan porosannya (yang menggantung di ujung bambu paling atas, yang berbentuk melengkung adalah ekor Naga Basuki (simbol gunung).

Hiasan yang terpasang sepanjang bambu dari bawah hingga atas penjor, yang terdiri dari gantung-gantungan padi, ketela, jagung, kain, dan sebagainya, merupakan simbol bulu Naga Ananta Bhoga, sebagai tempat tumbuhnya sandang dan pangan.(NI 01)

Facebook
X
Threads
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

admin-ajax-1.jpeg