DENPASAR, Nusainsight.com – Pemujaan piodalan terhadap Bhatara Hyang Guru merupakan salah satu upacara suci dalam Umat Hindu. Upacara ini untuk menghormati manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Piodalan ini memiliki makna mendalam adalah piodalan untuk Bhatara Hyang Guru yang berstana di Sanggah Kemulan atau Rong Telu.
Rainan Bhatara Hyang Guru dirayakan sehari setelah perayaan Hari Suci Tumpek Landep. Perayaan ini tepat pada Redite Umanis Sinta yang tahun ini jatuh pada Minggu (23/2/25). Piodalan bagi Bhatara Guru yang berstana di Sanggah Kemulan dirayakan setiap 210 hari atau enam bulan sekali dalam kalender Bali. Batara Guru merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang memberikan tuntunan kepada keturunannya.
Adapun berbagai sarana upakara dalam upacara ini. Seperti, pengambilan satu sirih yang diberikan kapur sebanyak 24 keping dan delapan buah keuangan. Sarana upakara ini dapat disesuaikan dengan kemampuan desa, kala, dan patra.
Namun, dalam sastra Hindu disebutkan bahwa Sanggah Kemulan merupakan tempat pemujaan Sang Hyang Atma, yaitu roh suci leluhur. Di ruang kanan pelinggih Kemulan terdapat Bapak, yang disebut sebagai Sang Hyang Paratma. Sementara di ruang kiri terdapat Ibu, yang disebut Sang Hyang Siwatma. Di bagian tengah terdapat ragam Dewa Brahma yang melambangkan perpaduan antara Ibu dan Bapak sebagai sumber kehidupan.
Menurut beberapa pustaka Hindu yang dipuja di Pelinggih Kemulan adalah Sang Hyang Atma. Hal ini tercantum dalam Lontar Usana Dewa dan Lontar Gom. Sedangkan, dalam Lontar Purwa Bumi Kamulan dijelaskan bahwa Kamulan adalah tempat pemujaan Dewa Pitara, yakni leluhur yang telah mencapai kesucian.
Dalam ajaran Hindu Bali juga dikenal konsep Catur Guru. Seperti, Guru Swadyaya Hyang Widhi sebagai guru tertinggi, Guru Rupaka orangtua sebagai guru yang melahirkan dan membesarkan. Adapula Guru Pengajian sebagai guru yang memberikan ilmu pengetahuan, Guru Wisesa adalah pemimpin yang memberikan tuntunan dalam kehidupan bermasyarakat. Atman, sebagai bagian dari Catur Guru, menjadi dasar pendirian Pelinggih Kamulan sebagai tempat pemujaan Dewa Pitara, termasuk Bhatara Hyang Guru.
Dalam tradisi Hindu Bali, leluhur mewariskan tidak hanya harta benda, tetapi juga karma baik dan buruk. Oleh karena itu, pemujaan terhadap Bhatara Hyang Guru memiliki makna untuk menerima dan mengelola warisan karma tersebut. Warisan baik dari leluhur harus dilestarikan dan dikembangkan dan karma buruk harus direduksi agar tidak membawa dampak negatif.
Pemujaan Bhatara Hyang Guru di Sanggah Kemulan memiliki makna spiritual yang dalam. Sebagai manusia, kita tidak boleh melupakan leluhur dan asal-usul kita. Bhatara Hyang Guru memberikan tuntunan bagi umat Hindu agar tetap berada di jalan dharma. Oleh karena itu, melalui pemujaan yang tulus, kita memohon bimbingan dan penerangan dari beliau agar hidup kita selalu dalam keharmonisan.(NI 01)