Hati-hati! Jangan Biarkan Diri Dikuasai oleh Buta Galungan

religious-ceremony-7457351_1280
PANYEKEBAN - Hari Panyekeban menjelang Galungan bukan hanya tentang mematangkan persembahan, tetapi juga momen spiritual untuk menahan diri dari pengaruh negatif Sang Bhuta Galungan. Temukan makna terdalamnya di sini.(pixabay/ignartonosbg)

DENPASAR, Nusainsight.com – Hari Panyekeban, jatuh tiga hari sebelum Hari Raya Galungan tepatnya pada Redite Paing wuku Dungulan. Hari ini memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Hindu di Bali.

Setelah melalui hari Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, Panyekeban menjadi salah satu tahapan penting dalam rangkaian perayaan Galungan. Tradisi ini bukan sekadar kegiatan mematangkan buah, terutama pisang dan tape, untuk persembahan Galungan. Namun juga momen sakral untuk mulai menahan diri dari pengaruh buruk.

Hari Panyekeban inilah Sanghyang Kala Tiga atau Buta Galungan turun ke dunia. Wujudnya sebagai kekuatan negatif yang menguji manusia untuk melihat apakah mereka mampu menjaga kesucian diri.

Baca Juga  88.594 KK Hindu di Badung Kecipratan Rp 2 Juta

Dalam Lontar Sundarigama, yang menyebutkan bahwa pada Redite Paing Dungulan, Sang Kala Tiga muncul dalam tiga bentuk utama. Seperti, Buta Galungan, Buta Dungulan, dan Buta Amangkurat.

Kehadiran kekuatan ini tidak selalu bermakna negatif jika manusia mampu mengekangnya. Sang Kala Tiga bisa menjadi sumber kehancuran bila tidak terkendalikan. Nmun bisa pula menjadi kekuatan yang membawa kedamaian jika dijinakkan melalui laku spiritual dan kesucian batin.

Karena itu, para wiku dan bijaksana menganjurkan untuk lebih waspada dan menjaga pikiran serta perilaku agar tidak keransukan oleh sifat amarah, tamak, dan keangkuhan.

Menurut Ida Bagus Putu Suamba, rangkaian Galungan merupakan salah satu upacara terpanjang, mulai sejak Tumpek Wariga hingga Budha Kliwon Pahang (Ulihan), berlangsung selama 42 hari. Ini mencerminkan pentingnya laku spiritual secara konsisten dalam menghadapi kekuatan maya (negatif) dan menguatkan dharma (kebenaran).

Baca Juga  Buda Cemeng Kelawu : Filosofi Spiritual dan Material dalam Hindu

Hari Panyekeban adalah panggilan untuk mengendalikan diri, menjernihkan pikiran, dan mempersiapkan batin menyambut kemenangan Dharma atas Adharma dalam perayaan Galungan. Jangan biarkan diri dikuasai oleh Sang Bhuta Galungan.

Saatnya kembali pada kesucian, agar makna sejati Galungan benar-benar merasakan dalam hati dan perilaku.(NI 01)

Facebook
X
Threads
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

admin-ajax-1.jpeg