DENPASAR, Nusainsight.com – Hari Jumat (14/2/25), masyarakat di berbagai belahan dunia merayakan Hari Valentine, yang dikenal sebagai hari kasih sayang. Namun, tahukah Anda bahwa perayaan ini berakar dari tradisi Kristen Barat yang memperingati hari kematian Santo Valentinus?
Hari Valentine berasal dari peringatan Santo Valentinus, seorang imam Katolik yang hidup pada abad ke-3 Masehi. Santo dikenal kesalehannya dan perannya dalam mengadakan pernikahan secara rahasia. Penikahan ini bagi pasangan muda yang tidak dapat menikah secara resmi, karena aturan pemerintah Romawi pada saat itu. Akibat perbuatannya, Santo Valentinus dihukum mati pada 14 Februari, yang kemudian diperingati sebagai Hari Valentine.
Seiring berjalannya waktu, perayaan ini berkembang dan dikaitkan dengan ungkapan kasih sayang. Tradisi ini menyebar luas ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, di mana Hari Valentine mulai populer pada era 1990-an. Terutama di kalangan anak muda perkotaan, perayaan ini ditandai dengan pertukaran hadiah seperti bunga, cokelat, dan kartu ucapan.
Meski tidak ada karya sastra Indonesia yang secara khusus membahas Hari Valentine. Namun, banyak karya sastra bertema cinta dan kasih sayang. Seperti “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer, dan “Pulang” karya Leila S. Chudori. Dalam tradisi sastra Hindu-Bali, lontar seperti “Kakawin Arjunawiwaha”, “Kakawin Sutasoma”, dan “Tantu Pagelaran” juga membahas tema cinta dan kasih sayang.
Hari Valentine kini menjadi bagian dari perayaan global. Valentine tidak hanya mengingat sejarah Santo Valentinus, namun mengekspresikan kasih sayang kepada orang-orang terdekat.(NI 01)