Enam Mitos Ini Dilarang Saat Imlek

ai-generated-8945597_1280
MITOS - Perayaan Imlek selalu identik dengan kebahagiaan, kebersamaan keluarga, dan berbagai tradisi yang penuh makna. Namun, di balik tradisi tersebut, terdapat sejumlah mitos yang dipercaya secara turun-temurun.(pixabay)

DENPASAR, Nusainsight.com – Sebentar lagi masyarakat etnis Tionghoa akan merayakan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada Sabtu (29/1/25). Perayaan Imlek selalu identik dengan kebahagiaan, kebersamaan keluarga, dan berbagai tradisi yang penuh makna. Namun, di balik tradisi tersebut, terdapat sejumlah mitos yang dipercaya secara turun-temurun. Mitos-mitos ini dipercaya dapat memengaruhi keberuntungan, rezeki, hingga kesehatan sepanjang tahun.  

Berikut enam mitos yang dihindari saat Imlek: 

1. Dilarang Potong Rambut dan Keramas

Memotong rambut saat Imlek dianggap dapat memendekkan umur atau menghilangkan keberuntungan. Oleh sebab itu, kegiatan ini biasanya dilakukan sebelum perayaan dimulai.  

2. Dilarang Menyapu dan Mencuci Baju

Membersihkan rumah, seperti menyapu atau mencuci baju, dipercaya dapat membuang keberuntungan yang baru datang. Karenanya, banyak keluarga Tionghoa sudah menyelesaikan pekerjaan ini sebelum hari Imlek.  

Baca Juga  Dewan RI Tanggapi Putusan MK Hapus Ambang Batas Pencalonan Presiden

3. Dilarang Bekerja

Hari Imlek dianggap sebagai waktu untuk bersantai dan merayakan bersama keluarga. Bekerja di hari ini dipercaya akan membuat seseorang terus merasa lelah sepanjang tahun.  

4. Dilarang Makan Bubur

Bubur sering dikaitkan dengan kemiskinan, sehingga makanan ini dihindari saat Imlek. Sebaliknya, makanan yang melambangkan keberuntungan, seperti ikan dan kue keranjang, lebih disukai.  

5. Dilarang Mengucapkan Kata-kata Negatif

Kata-kata seperti “mati” atau “rugi” dianggap membawa energi buruk. Oleh karena itu, masyarakat dianjurkan untuk berbicara hal-hal positif demi menciptakan suasana penuh harapan.  

6. Dilarang Memakai Pakaian Hitam

Warna hitam diasosiasikan dengan kesedihan dan kematian. Saat Imlek, warna-warna cerah seperti merah, yang melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan, lebih dianjurkan.  

Baca Juga  DEN Sampaikan Kebijakan Trump dan Dampaknya ke Indonesia

Asal-usul mitos-mitos ini beragam, mulai dari filosofi Feng Shui hingga cerita rakyat yang diwariskan secara lisan. Walaupun mitos bersifat subjektif, mereka menjadi bagian penting dari tradisi Imlek yang dijaga dengan penuh penghormatan.  

Terlepas dari kepercayaan masing-masing, sikap saling menghormati terhadap tradisi dan budaya menjadi hal yang utama dalam perayaan ini. Selamat merayakan Tahun Baru Imlek! (Nusa 1)  

Facebook
X
Threads
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

admin-ajax-1.jpeg