Desa Renon Tak Membuat Ogoh-Ogoh Saat Pengrupukan

IMG_20250330_092722
PAWAI - Pawai ogoh-ogoh menjadi tradisi yang dilaksanakan saat Pengrupukan atau sehari sebelum Nyepi. Berbeda halnya di Desa Renon Denpasar yang tidak membuat ogoh-ogoh, karena adanya keyakinan desa adat setempat.(FB)

DENPASAR, Nusainsight.com – Bali terkenal dengan tradisi uniknya, termasuk pembuatan ogoh-ogoh yang pembuatannya biasanya menjelang Hari Raya Nyepi. Namun, ada satu desa di Bali yang tidak melakukan tradisi tersebut, yaitu Desa Adat Renon, Denpasar, Bali.

Alasan mereka tidak membuat ogoh-ogoh bukan karena menolak tradisi, melainkan karena mereka larangan untuk melakukannya, dan larangan ini memiliki cerita mistis yang tidak bisa dianggap sepele.

Cerita ini bermula pada tahun 1986, saat malam Pangrupukan. Para pemuda Desa Renon membuat ogoh-ogoh seperti desa lainnya. Mereka bahkan membuat patung raksasa yang konon lebih besar dan lebih seram dari yang biasa.

Namun, saat arak-arakan ogoh-ogoh itu keliling desa, terjadi kejadian aneh yang membuat penduduk ketakutan. Ogoh-ogoh itu tiba-tiba bergerak sendiri.

Baca Juga  Tradisi Mabuug-buugan, Dipercaya Menetralisir Sifat Buruk

Awalnya mereka beranggapan hanya getaran biasa, tetapi situasi semakin mencekam ketika matanya terlihat berkedip dan terdengar suara tangisan dari dalam patung. Beberapa orang bahkan mengklaim melihat patung itu menggerakkan tangannya, sementara yang lain mulai kesurupan.

Kejadian semakin mengerikan ketika upacara doa di pura berlangsung. Beberapa warga merasa tubuh mereka bergetar dan melihat bayangan hitam besar di langit desa. Sejak malam itu, warga Desa Renon sepakat untuk tidak lagi membuat ogoh-ogoh.

Meski begitu, pada tahun 1996, seorang warga bernama I Wayan Suwarta mencoba untuk melanggar larangan tersebut dan membuat ogoh-ogoh kembali. Ia bahkan mendapat izin dari para tetua desa, namun hal aneh kembali terjadi.

Baca Juga  Tradisi Siat Yeh, Kebiasaan Masa Lalu Masyarakat Jimbaran

Ular hitam-putih muncul di sekitar lokasi pembuatan ogoh-ogoh, dan saat Suwarta berdoa di pura, ia mengalami kesurupan.

Sejak kejadian tersebut, tidak ada lagi yang berani melanggar larangan itu. Desa Renon tetap menjadi satu-satunya desa di Bali yang tidak membuat ogoh-ogoh saat Nyepi, bukan karena mereka tidak ingin, tetapi karena mereka tidak meyakini larangan tersebut.(NI 01) 

Facebook
X
Threads
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

admin-ajax-1.jpeg