Pengeluaran Keluarga untuk Rokok Hampir Sama dengan Pengeluaran untuk Protein Hewani

fried-eggs-2796406_1920
MAKANAN - Dirjen Kesehatan Primer dan Komunitas, dr. Maria Endang Sumiwi, mengungkapkan bahwa pengeluaran belanja keluarga untuk rokok dan tembakau hampir setara dengan pengeluaran untuk protein hewani.(pixabay/RitaE)

JAKARTA, Nusainsight.com – Pengeluaran belanja keluarga untuk rokok dan tembakau hampir setara dengan pengeluaran untuk protein hewani. Hal ini berdasarkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023.

Menurut data tersebut, pada berbagai kuintil pengeluaran, persentase belanja untuk rokok dan tembakau cukup signifikan. Pengeluaran tercatat sebesar 11,54% pada kuintil 1, 13,39% pada kuintil 2, 14,17% pada kuintil 3, 14,30% pada kuintil 4, dan 11,35% pada kuintil 5.

Sementara itu, pengeluaran untuk protein hewani, seperti ikan, udang, cumi, kerang, daging, telur, dan susu, cukup besar, meningkat dari 14,83% pada kuintil 1 menjadi 20,6% pada kuintil 5. Selain rokok dan tembakau, tantangan gizi semakin kompleks, mencakup gizi kurang, kekurangan mikronutrien, serta overweight dan obesitas.

“Indonesia mengalami tiga masalah besar terkait gizi, yaitu gizi kurang (undernutrition), kekurangan mikronutrien, dan overweight atau obesitas. Salah satu masalah penting adalah stunting pada balita yang mencapai 21,5%, berdampak langsung pada kualitas SDM,” ujar Dirjen Kesehatan Primer dan Komunitas, dr. Maria Endang Sumiwi di Kemenkes, Jakarta.

Masalah gizi kurang pada balita tercatat 8,5%, sedangkan anemia pada remaja mencapai 16,3% dan anemia pada ibu hamil 27,7%. Selain itu, overweight pada remaja tercatat 12,1%, sedangkan obesitas pada orang dewasa juga menjadi perhatian serius.

Pola makan masyarakat Indonesia saat ini memunculkan kekhawatiran tersendiri. Konsumsi protein hewani pada balita masih rendah, yakni hanya 21,6%. Sementara itu, konsumsi minuman manis tinggi mencapai 52%, makanan asin 32%, makanan instan 11%, dan penggunaan penyedap rasa tercatat 78%. Bahkan, 65% masyarakat Indonesia cenderung tidak sarapan setiap hari.

Menurut dr. Endang, data ini menunjukkan bahwa tantangan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia masih sangat besar. Salah satu upaya penting adalah mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung banyak gula, garam, dan lemak. Selain itu juga meningkatkan konsumsi makanan bergizi seimbang.

“Untuk itu, kita perlu memberikan prioritas pada pola makan yang bergizi seimbang, terutama bagi anak-anak. Gizi seimbang sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan,” katanya.

Menurut dr. Endang, makanan bergizi seimbang harus mencakup beragam jenis makanan, termasuk sayur dan buah, serta lauk yang kaya protein. Masyarakat juga perlu mengurangi konsumsi makanan manis, asin, dan berlemak secara berlebihan. Selain itu juga membiasakan sarapan dan cukup minum air putih setiap hari.

Staf Ahli Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Ikeu Tanziha, menjelaskan bahwa kualitas gizi berperan dalam peningkatan kualitas SDM. Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto telah membentuk BGN, yang bertugas memastikan pemenuhan gizi nasional secara optimal.
“Fungsi utama Badan Gizi Nasional adalah melaksanakan pemenuhan gizi di seluruh Indonesia. Implementasinya akan program ini akan berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan dan berbagai daerah, serta lembaga dan kementerian terkait lainnya,” kata Ikeu.

Sementara itu, Ketua Umum DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Ir. Doddy Izwardy, menegaskan pentingnya dukungan terhadap program prioritas nasional dalam memutus mata rantai stunting. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu inisiatif penting untuk mencapai tujuan tersebut.
“Upaya untuk memutus mata rantai gagal tumbuh harus terus. Sebab, ini sangat berpengaruh terhadap tercapainya Indonesia Emas 2045 dan pencapaian SDGs 2030,” ujar Doddy.

Ahli gizi berperan penting dalam mengawasi kualitas dan keamanan pangan, menyusun menu bergizi, serta melatih petugas pengolah makanan. Ahli gizi juga berperan dalam mengawasi proses pengolahan dan penyajian makanan untuk memastikan bahwa konsumsi makanan masyarakat benar-benar bergizi.

Dr. Endang menyampaikan bahwa Indonesia memperingati Hari Gizi Nasional ke-65 pada 25 Januari 2025. Tema kali ini “Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat,” menekankan pentingnya konsumsi makanan bergizi bagi kesejahteraan keluarga.

Ia mengatakan bahwa Peringatan Hari Gizi Nasional menjadi momentum perubahan menuju pola makan bergizi seimbang bagi seluruh masyarakat.

Pihaknya berharap masyarakat mampu memilih makanan yang lebih sehat sebagai asupan sehari-hari. Masyarakat dapat memilih jus buah tanpa gula dan makanan rumahan daripada minuman bersoda dan makanan cepat saji. Saat snack time, masyarakat dapat memilih buah-buahan sebagai camilan daripada gorengan atau makanan tinggi gula. Selain itu, sarapan pagi lebih baik daripada melewatkan sarapan pagi.(NI 01)

Facebook
X
Threads
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

admin-ajax-1.jpeg